Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Bani Umayah
Muawiyyah
lahir setelah 4 tahun Nabi Muhammad SAW menjelang dakwah islam di kota Makkah.
Ia beriman dalam usia yang sangat mudadan ikut hijrah bersama rombongan nabi ke
Yastrib. Selain itu Muawiyyah juga termasuk salah seorang pencatat wahyu yang
diambil bagian dari beberapa perang bersama Nabi Muhammad SAW.[1]
Seiring dengan hal itu pendidikan pada masa Dinast Umayyah telah terdapat
beberapa lembaga seperti : Kutab, Masjid dan Majelis Sastra. Materi yang
diajarkan juga bertingkat-tingkat dan bermacam-macam metode pengajarannyapun
tidak sama sehingga melahirkan beberapa pakar ilmuan dalam berbagai bidang
tertentu.
Pada
masa dinasti Umayyah pola pendidikan bersifat desentrasi, kajian ilmu yang ada
dalam masa ini berpusat pada Damaskus, Kuffah, Mekah, Madinah dan lain-lain.
Ilmu-ilmu pendidikan yang di kembangkan adalah: kedokteran, filsafat, astronomi
dan perbintangan, ilmu pasti dan sastra.
Sejarah pendidikan isalam telah
berkembang bila dibandingkan dengan masa Khulafaur Rosyidin dan ditandai dengan
semaraknya kegiatan ilmiah di masjid-masjid berkembangnya Kuttub dan majeis
sastra yang ada. Jadi tempat pendidikan pada masa Bani Umayyah adalah:
1.
Khuttab
Kuttab atau maktab berasal dari kata
Kataba yang berarti menulis atau tempat menulis atau
lebih tepatnya Kuhttab merupakan tempat anak-anak belajar menullis dan
membaca, menghafl Al-Quran dan belajar tentang pokok-pokok ajaran islam. Adapun
cara yang dilakukan oleh pendidik disamping mengajarkan Al-Quran mereka juga
belajar menulis dan tata bahasa serta tulisan. Perhatian mereka bukan tertumpu
mngajarkan Al-Quran semata dengan mengabaikan pelajaran yang lain. Al-Quran dipakai
untuk belajar membaca, dan kemudian dipilih ayat-ayat yang akan di pelajar oleh
murid-murid. Disamping belajar menulis dan membaca mereka juga mempelajari tata
bahasa Arab, cerita-cerita Nabi dan Hadist dan Pokok Agama Islam.[2]
Dilihat dari sejarah pendidikan islam pada masa Bani Umayyah pada awalnya
dikenal dua Khuttab yaitu:
a. Kuttab berfungsi sebagai tempat pendidikan yang memfokuskan pada tulis baca.
b. Kuttab tempat pendidikan yang mengajarkan Al-Quran dan dasar-dasar keagamaan.
Peserta didika Kuttab adalah
anak-anak tidak di batasi baik miskin ataupun kaya. Para guru tidak melihat
dari status sosial mereka dan tidak membeda-bedakannya, bahkan ada sebagian
anak miskin yang belajar di Kuttab lalu mendapatkan pakaian dan makanan secara
Cuma-Cuma. Namun tidak menutup kemungkinan bagi orang yang mampu mendidik
anaknya di tempat khusus yangmereka inginkan dengan guru-guru yang khusus pula.
2.
Masjid
Setelah perjlanan anak-anak di
Kuttab maka ereka di pindahkan ke tingkat menengah yang dilakukan di Masjid.
Peran masjid sebagai pusat pendidikan dan pengajaran sangat terbuka lebar bagi
mereka yang merasa dirinya sudah mampu dalam mengajarkan ilmunya kepada
orang-orang yang haus akan ilmu pegetahuan.
Pada Dinasti Ummayah masjid sebagai
tempat pendidikan terdiri dari dua tingkat yaitu, tingkat menengah dan tingkat
Tinggi. Pada tingkat menengah guru belumlah ulama besar, kemudian pada tingkat
tinggi mulaillah menggunakan Ulama besar yang mashur kealimannya dan
keahliannya.
- Majelis
Sastra
Majelis Sastra merupakan balai pertemuan yang disiapkan Khalifah dan dihiasi dengan hiasan yang indah dan hanya diperuntukan untuk sastrawan dan ulama terkemuka. Tempat ini merupaka tempat diskusi untuk membahas tentang kesusasteraan dan juga tempat berdiskusi mengenai urusan politik. Perhatian penguasa Umayyah sangat besar pada pencatatan kaidah-kaidah Nahwu, pemakaian Bahasa Arab dan mengumpulkan Syajir-Syair arab dalam bidang Syariah. Khitabah dan berkembangnya seni Prosa.
Usaha yang tidak kalah pentingnya pada masa Dinasti Umayyah adalah mulai penerjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain ke dalam Bahasa Arab. Seperti yang dilakukan oleh Khalid Ibn Yazid ia memerintahkan beberapa Sarjana Yunanai untuk menerjemahkan tentang Ilmu Kimia, Kedokteran dan Ilmu Falaq ke dalam Bahasa Arab. Periode Pendidikan islam pada masa Bani Umayyah menekankan ciri ilmiah pada masjid sehingga mejadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan tinggi daalm masyarakat islam. Hampir sama dengan masa Khulafau Rosyidin walaupun pada masa Dinasti Ummayah dapat kita lihat adanya penerjemahan ilmu imu dari bahasa asing kedalam Bahasa Arab walaupun hanya mencakup ilmu yang mempunyai kepentingan Praktis yaitu ilmu Kimia , ilmu kedokteran ilmu Tata Laksana dan Seni Bangunan. Pada umumnya gerakan penerjemahan ini terbatas orang-orang tertentu dan atas usaha sendiri, bukan atas dorongan negara dan tidak dikembangkan.
Komentar
Posting Komentar