Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Bani Umayah

 


        Bani Umayah kurang lebih berumur 90 tahun, Ibu kota negara di pindahkan Muawiyyah dari Madinah ke Damaskus. Tempat ia berkuasa sebagai gubernur sebelumnya. Muawiyyah bin Abu Sofyan adalah pendiri dari Bani Umayah, yang berasal dari suku Quraisy keturunan Bani Umayyah yang merupakan kalifah pertama dari tahun 661-750 M. Nama lengkapnya adalah Muawiyyah bin abi Harb bin Umayyah bin Abdy Syam bin Manaf. Setelah Muawiyyah diangkat menjadi khalifah kemudian ia menukar sistem pemerintahan dari Theo Demikrasi menjadi monarki (Kerajaan/ Dinasti) dan sekaligus memindahkan ibukota dari Madinah ke Damaskus.

    Muawiyyah lahir setelah 4 tahun Nabi Muhammad SAW menjelang dakwah islam di kota Makkah. Ia beriman dalam usia yang sangat mudadan ikut hijrah bersama rombongan nabi ke Yastrib. Selain itu Muawiyyah juga termasuk salah seorang pencatat wahyu yang diambil bagian dari beberapa perang bersama Nabi Muhammad SAW.[1] Seiring dengan hal itu pendidikan pada masa Dinast Umayyah telah terdapat beberapa lembaga seperti : Kutab, Masjid dan Majelis Sastra. Materi yang diajarkan juga bertingkat-tingkat dan bermacam-macam metode pengajarannyapun tidak sama sehingga melahirkan beberapa pakar ilmuan dalam berbagai bidang tertentu.

    Pada masa dinasti Umayyah pola pendidikan bersifat desentrasi, kajian ilmu yang ada dalam masa ini berpusat pada Damaskus, Kuffah, Mekah, Madinah dan lain-lain. Ilmu-ilmu pendidikan yang di kembangkan adalah: kedokteran, filsafat, astronomi dan perbintangan, ilmu pasti dan sastra.

    Sejarah pendidikan isalam telah berkembang bila dibandingkan dengan masa Khulafaur Rosyidin dan ditandai dengan semaraknya kegiatan ilmiah di masjid-masjid berkembangnya Kuttub dan majeis sastra yang ada. Jadi tempat pendidikan pada masa Bani Umayyah adalah:

1.     Khuttab

        Kuttab atau maktab berasal dari kata Kataba  yang berarti menulis atau tempat menulis atau lebih tepatnya Kuhttab merupakan tempat anak-anak belajar menullis dan membaca, menghafl Al-Quran dan belajar tentang pokok-pokok ajaran islam. Adapun cara yang dilakukan oleh pendidik disamping mengajarkan Al-Quran mereka juga belajar menulis dan tata bahasa serta tulisan. Perhatian mereka bukan tertumpu mngajarkan Al-Quran semata dengan mengabaikan pelajaran yang lain. Al-Quran dipakai untuk belajar membaca, dan kemudian dipilih ayat-ayat yang akan di pelajar oleh murid-murid. Disamping belajar menulis dan membaca mereka juga mempelajari tata bahasa Arab, cerita-cerita Nabi dan Hadist dan Pokok Agama Islam.[2] Dilihat dari sejarah pendidikan islam pada masa Bani Umayyah pada awalnya dikenal dua Khuttab yaitu:

a.     Kuttab berfungsi sebagai tempat pendidikan yang memfokuskan pada tulis baca.

b.     Kuttab tempat pendidikan yang mengajarkan Al-Quran dan dasar-dasar keagamaan.

Peserta didika Kuttab adalah anak-anak tidak di batasi baik miskin ataupun kaya. Para guru tidak melihat dari status sosial mereka dan tidak membeda-bedakannya, bahkan ada sebagian anak miskin yang belajar di Kuttab lalu mendapatkan pakaian dan makanan secara Cuma-Cuma. Namun tidak menutup kemungkinan bagi orang yang mampu mendidik anaknya di tempat khusus yangmereka inginkan dengan guru-guru yang khusus pula.

2.   Masjid

        Setelah perjlanan anak-anak di Kuttab maka ereka di pindahkan ke tingkat menengah yang dilakukan di Masjid. Peran masjid sebagai pusat pendidikan dan pengajaran sangat terbuka lebar bagi mereka yang merasa dirinya sudah mampu dalam mengajarkan ilmunya kepada orang-orang yang haus akan ilmu pegetahuan.

       Pada Dinasti Ummayah masjid sebagai tempat pendidikan terdiri dari dua tingkat yaitu, tingkat menengah dan tingkat Tinggi. Pada tingkat menengah guru belumlah ulama besar, kemudian pada tingkat tinggi mulaillah menggunakan Ulama besar yang mashur kealimannya dan keahliannya.

  1. Majelis Sastra

Majelis Sastra merupakan balai pertemuan yang disiapkan Khalifah dan dihiasi dengan hiasan yang indah dan hanya diperuntukan untuk sastrawan dan ulama terkemuka. Tempat ini merupaka tempat diskusi untuk membahas tentang kesusasteraan dan juga tempat berdiskusi mengenai urusan politik. Perhatian penguasa Umayyah sangat besar pada pencatatan kaidah-kaidah Nahwu, pemakaian Bahasa Arab dan mengumpulkan Syajir-Syair arab dalam bidang Syariah. Khitabah dan berkembangnya seni Prosa.

Usaha yang tidak kalah pentingnya pada masa Dinasti Umayyah adalah mulai penerjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain ke dalam Bahasa Arab. Seperti yang dilakukan oleh Khalid Ibn Yazid ia memerintahkan beberapa Sarjana Yunanai untuk  menerjemahkan tentang Ilmu Kimia, Kedokteran dan Ilmu Falaq ke dalam Bahasa Arab. Periode Pendidikan islam pada masa Bani Umayyah menekankan ciri ilmiah pada masjid sehingga mejadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan tinggi daalm masyarakat islam. Hampir sama dengan masa Khulafau Rosyidin walaupun pada masa Dinasti Ummayah dapat kita lihat adanya penerjemahan ilmu imu dari bahasa asing kedalam Bahasa Arab walaupun hanya mencakup ilmu yang mempunyai kepentingan Praktis yaitu ilmu Kimia , ilmu kedokteran ilmu Tata Laksana dan Seni Bangunan. Pada umumnya gerakan penerjemahan ini terbatas orang-orang tertentu dan atas usaha sendiri, bukan atas dorongan negara dan tidak dikembangkan.


[1] Yusuf Syuaib, Daulah Umayyah 1 (Jakarta: Bulan Bintang, 1997)hlm. 13

[2] Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam( Jakarta: Bumi Aksara, 1992)hlm. 47



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Soal Menghitung Zakat Fitrah

Contoh Teks MC Pelantikan Pengurus

Materi PAI Kelas 6 Bab 4 Ayo Membayar Zakat ppt