Laporan: Penerapan Teori Belajar dalam Pendidikan Non Formal
PENERAPAN TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN
KELAS 1A DI PONPES DARUL ABROR
WATUMAS
Pondok
pesantren Darul Abror merupakan salah satu pondok mitra dari IAIN Purwokerto
yang bertempat di Watumas, Purwanegara, Purwokerto Utara. Pondok pesantren ini
diasuh oleh abah Taufiqurrahman. Di pesantren ini para santri diajarkan
mengenai ilmu agama dengan menggunakan kitab-kitab klasik yang dikarang oleh
ulama terdahulu.
Meskipun
sebagai lembaga non formal, di pondok Darul Abror juga terdapat proses
pembelajaran yang terbagi ke dalam beberapa kelas, yaitu ada kelas ibtida,
kelas 1, 2, dan kelas 3. Kegiatan pembelajaran yang wajib diikuti oleh semua
santri adalah pada waktu habis shubuh, habis maghrib, dan habis isya.
Pembelajaran yang saya amati adalah waktu pembelajaran madin yang dilaksanakan
sehabis Isya karena menurut saya waktu pembelajaran tersebut adalah yang paling
efektif dan mendekati pembelajaran yang ada di sekolah-sekolah.
Proses
pembelajaran madin yang dilakukan di pondok ini dimulai pada sekitar pukul
20.30 sampai dengan pukul 21.30. Untuk kelas Ibtida ada 5 kelas, 4 kelas untuk
santri putri dan kelas untuk santri putra. Untuk kelas 1 ada dua kelas yaitu
kelas 1A ada santri putra dan putri serta kelas 1B hanya ada santri putri.
Sedangkan kelas 2 dan 3 hanya ada 1 kelas. Masing-masing kelas diajar oleh guru
yang berbeda. Mereka diajar oleh para senior atau santri yang sudah
memepelajari dan menguasai kitab-kitab atau materi yang diajarkan. Mereka
mengajar para santri dengan ikhlas tanpa mengharapkan gaji atau imbalan. Setiap
mata pelajaran berbeda gurunya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Jika guru
berhalangan hadir dan mengajar maka digantikan oleh guru lain agar tidak
terjadi kekosongan.
Kelas yang
menjadi fokus pengamatan saya adalah kelas 1A. Materi yang diajarkan diantranya
ada tajwid dengan menggunakan kitab Hidayatul Mustafid, nahwu dengan
menggunakan kitab Jurumiyah, akhlak dengan kitab Taisirul Kholaq, Shorof dengan
kitab I’lal dan fikih dengan kitab Safinah.
Metode yang
diterapkan dalam pembelajaran di kelas 1A adalah metode ceramah. Guru
membacakan kitab yang dijadikan sumber ilmu kemudian para santri mengafsahi
atau menuliskan arti dari bacaan yang ada dikitab seperti yang didiktekan oleh
guru dengan menggunakan huruf arab namun mengandung arti bahasa jawa. Setelah
itu guru menjelaskan mengenai materi yang dibahas.
Setelah guru
menjelaskan, guru menanyakan kepada murid apakah masih ada yang belum dipahami
dan ingin ditanyakan. Jika ada maka guru mempersilahkan muridnya untuk
bertanya, lalu guru menjawab dan mengklarifikasi pertanyaan yang diajukan. Jika
tidak ada yang bertanya maka guru melanjutkan ke materi yang selanjutnya atau
memberikan pertanyaan kepada para murid. Guru juga sering menyuruh muridnya untuk
membaca kembali mengenai materi yang dibahas.
Berdasarkan
proses pembelajaran yang telah saya amati pada kelas 1A, menurut saya pembelajaran
yang dilakukan menggunakan teori belajar kognitif yaitu lebih
menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya
tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan
perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai
tingkah laku yang tampak. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu
proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan
aspek kejiwaan lainnya. belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses
berpikir yang sangat kompleks.
Menurut pendekatan kognitif, dalam kaitan teori pemrosesan informasi, unsur terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan yang dimiliki setiap individu sesuai dengan situasi belajarnya. Apa yang telah diketahui siswa akan menentukan apa yang akan diperhatikannya, dipersepsi olehnya, dipelajari, diingat atau bahkan dilupakan.
Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Kegiatan pembelajaran di kelas 1A sudah sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran dengan teori kognitif. Pembelajaran madin di kelas 1A lebih menekankan kepada pemahaman para santri mengenai materi yang dibahas bukan dalam hal hafalannya. Para santri juga diharapkan untuk aktif di dalam kelas yaitu dengan bertanya maupun menjawab pertanyaan dari ustad atau dari santri lain. Dalam mengajar, seorang ustad biasanya mengaitkan materi dengan pengalaman-pengalamannya maupun pengalaman orang lain atau dalam artian mengaitkan materi yang di bahas dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya materi tentang akhlak, ustad sering menceritakan pengalamannya atau memberikan contoh nyata yang ada pada masyarakat yang berkaitan dengan materi yang dibahas. Selain itu, materi yang diajarkan juga disusun bertahap, mulai dari yang paling sederhana ke kompleks.
Komentar
Posting Komentar