Pendidikan Keantariksaan disertai Ayat dan Haditsnya
A. Pengertian Pendidikan Keantariksaan
Pendidikan berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan untuk memanusiakan manusia dalam mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Menurut UU tentang Sistem Pendidikan Nasional.[1] Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Kemudian menurut ilmu bahasa Indonesia antariksa diartikan sebagai luar angkasa yaitu benda - benda yang ada di luar angkasa. Antariksa juga diartikan sebagai personifikasi dari benda benda langit yang tinggi ataupun dari atmosfer.[2]
Dalam ensiklopedia Islam, Ilmu yang mempelajari benda-benda langit:matahari, bulan, bintang dan planet-planetnya merupakan pengertian dari ilmu Falak. Dalam bahasa Inggris Ilmu falak disebut juga astronomy atau astronomi dalam bahasa Indonesia. Astronomi merupakan salah satu cabang dari ilmu alam (IPA) yang mempelajari tentang antariksa dan benda-benda langit.[3]
Jadi, yang dimaksud pendidikan keantariksaan yaitu upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar meliputi benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat kecil hingga benda-benda di luar angkasa: matahari, bulan, bintang dan planet-planet.
B. Ayat dan Hadits tentang Pendidikan Kealaman dan Keantariksaan
Berikut firman Allah dalam Q.S. Ali Imran ayat 190-191:
إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ
وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٖ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ ١٩٠ ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ
ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلۡقِ
ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَٰذَا بَٰطِلٗا سُبۡحَٰنَكَ
فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ ١٩١
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”
Firman Allah Swt dalam Q.S. Al- Baqarah : 189
۞يَسَۡٔلُونَكَ عَنِ ٱلۡأَهِلَّةِۖ قُلۡ هِيَ مَوَٰقِيتُ لِلنَّاسِ وَٱلۡحَجِّۗ وَلَيۡسَ ٱلۡبِرُّ بِأَن تَأۡتُواْ ٱلۡبُيُوتَ مِن ظُهُورِهَا وَلَٰكِنَّ ٱلۡبِرَّ مَنِ ٱتَّقَىٰۗ وَأۡتُواْ ٱلۡبُيُوتَ مِنۡ أَبۡوَٰبِهَاۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ١٨٩
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah:
"Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat)
haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi
kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah
itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”
Dalam hadits Ibn Sunni
تَعَلَّمُوْامِنَ النُّجُوْمِ مَاتَهْتَدُوْنَ بِهِ فِى ظُلُمَاتِ
اليَرِّوَالبَحْرِ ثُم َ انْتَهُو
“pelajarilah keadaan bintang-bintang
supaya kamu mendapat petunjuk dalam kegelapan darat dan laut, lalu berhentilah”
Hadits riwayat Imam
Thabrani
أِنَّخِيَارَعِبَادِاللهِ الَّذِيْنَ يُرَاعُوْنَ الشَّمْسَ
َوالقَمَرَلِذِكْرِاللهِ
“Sesungguhnya hamba-hamba Allah yang
baik adalah yang selalu memperhatikan matahari dan bulan, untuk mengingat
Allah”
C. Pentingnya Pendidikan Kealaman dan Keantariksaan
Pendidikan kealaman dan keantariksaan
(astronomi) ini penting karena pemanfaatan ilmu astronomi ini dalam kehidupan
sehari-hari sangat banyak membantu terutama dalam hal-hal berikut, yaitu:
1. Memperkirakan cuaca
Bagi orang yang kerap kali berada diluar
rumah, cuaca esok hari senantiasa menjadi suatu taruhan, oleh sebab itu sebelum
ribuan tahun, meramal cuaca merupakan seni rakyat yang terutama dipraktekan
oleh pelaut, petani, pemburu, dan nelayan. Dewasa ini, berkat adanya
elektronika dan Ilmu antariksa, para ahli dapat menggunakan suatu teknologi
untuk menemukan hal-hal tentang cuaca.
Pada saat ini, satelit dengan kamera
televisi mengawasi awan topan dari atas, dan menunjukan kecepatan serta arah
geraknya. Bahkan bila tidak ada topan satelit ini dapat mengirimkan gambar
pemandangan antariksa yang memperlihatkan selimut awan diseluh negeri, sehingga
dapat dilihat diberita televisi.[4]
2. Memberikan perhitungan terjadinya gerhana bulan dan matahari
Gerhana adalah suatu peristiwa astronomi
yang terjadi ketika suatu objek dilangit bergerak ke arah bayangan objek
lainnya, atau terhalang cahata suatu benda oleh benda lain ke suatu benda.
Gerhana matahari adalah saat terhalangnya cahaya matahari ke bumi oleh bulan,
sedangkan gerhana bulan adalah saat teralangnya cahaya matahari ke bulan oleh
bumi.
Anjuran syariat Islam untuk melaksanakan
shalat saat terjadinya gerhana membuat kajian ilmu falak sangat penting dalam
permasalahan gerhana, karena ilmu falak (astronomi) dapat membantu memberikan
perhitungan yang akurat mengenai saat terjadinya gerhana, baik gerhana dalam
jangka dekat maupun jangka panjang.[5]
3. Menetapkan awal bulan
Pembahasan penetapan tiap-tiap permulaan
bulan baru, akan berkaitan dengan pembahasan sebuah sistem penanggalan
(kalender). Sistem penanggalan merupakan sebuah kebutuhan manusia dalam hidup
bermasyarakat. Penanggalan ini merupakan suatu satuan-satuan ukuran waktu yang
disusun dan digunakan untuk mencatat peristiwa-peristiwa penting, baik mengenai
kehidupan manusia atau kejadian alam dilingkungan sekitarnya. Sistem kalender
pada garis besarnya ada dua yakni kalender syamsyiah (masehi) yakni penanggalan
berdasarkan pada perubahan musim sebagai akibat peredaran semu matahari dan
kalender qomariah (hijriah), yakni penanggalan yang didasarkan pada peredaran
bulan mengelilingi bumi.[6]
Adapun dasar hukum yang menerangkan
bahwa bilangan bulan ada 12 yaitu Q.S. At-taubah ayat 36
إِنَّ عِدَّةَ
ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثۡنَا عَشَرَ شَهۡرٗا فِي كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوۡمَ
خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ.... ٣٦
“ Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi...”
4. Menentukan awal waktu shalat
Waktu-waktu shalat yang dimaksud adalah
sebagaimana yang biasa diketahui masyarakat, yaitu shalat lima waktu (shalat
dhuhur, ashar, maghrib, isya dan subuh), ditambah waktu imsak, terbit matahari
dan waktu dhuha. Waktu-waktu pelaksanaan shalat telah diisyaratkan oleh Allah
SWT dalam ayat-ayat Al-Qur’an, yang kemudian dijelaskan oleh nabi Muhammad SAW
dengan amal perbuatannya sebagaimana hadis-hadis yang ada.
Hanya saja waktu-waktu shalat yang
ditunjukan Al-qur’an maupun hadis nabi hanya berupa fenomena alam yang jika
tidak menggunakan ilmu falak (astronomi) tentunya akan mengalami kesulitan
dalam menentukan awal waktu shalat. Maka dari itu, dengan
mempelajari/pendidikan ilmu Falak (astronomi) dalam menentukan awal waktu shalat akan menemui kemudahan.[7]
[1] Veithzal Rivai Zainal, Islamic Education Management,
(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013), hlm. 149.
[2] Anonymous,
Antariksa alam dan tata surya, Diakses dari
http://www.informasi-pendidikan.com/2015/08/antariksa-alam-semesta-dan-tatasurya.html
pada tanggal 16 April 2018 pukul 20.08
[3] Muhammad
Hadi Bashori, Pengantar ilmu falak, ( Jakarta: Pustaka AlKautsar, 2015),
hlm 6- 7
[4] Abdullah Aly dan
Eni Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013) hlm 59
[5] Muhammad Hadi
Bashori, Pengantar ilmu falak,...hlm 19
[6] Lutfi Adnan
Muzamil, Studi Falak dan Trigonometri Cara Cepat dan Praktis Memahami
Trigonometri dalam Ilmu Falak, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2015), hlm 17-23
Komentar
Posting Komentar