Tokoh Aliran Behavioristik
Belajar menurut teori behavioristik merupakan teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Teori yang dicetuskan oleh Greg dan Berliner kemudian berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran. Tokoh aliran behavioristik diantarannya seperti Thorndike, Watson, Skinner dan lain-lain. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh behavioristik:
a. Teori belajar menurut Thorndike
Menurut
Thorndike belajar merupakan proses interaksi antar stimulus dan respon.
Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap oleh panca indera.
Sedangkan respon, reaksi ynag dimunculkan peserta didik ketika belajar. Thorndike
berpendapat bahwa memperkuat atau memperlemah hubungan antara stimulus dan
respon tergantung pada bagaimana hasil dari respon yang bersangkutan. Apabila suatu
stimulus memberikan hasil yang menyenangkan atau memuaskan, maka hubungan
antara stimulus dan respon itu akan menjadi kuat, demikian sebaliknya apabila
hasil menunjukan hal yang tidak menyenangkan, maka hubungan antara stimulus dan
respon melemah. Dengan kata lain, apabila sesuatu stimulus menimbulkan respon
yang membawa reward hubungan antara
stimulus dan respon (S-R) menjadi kuat demikian sebaliknya.
Hukum yang dikemukakan
Thorndike tersebut merupakan hukum belajar yang sampai sekarang masih bertahan
sekalipun Thorndike mengadakan revisi mengenai hukumnya terebut pada tahun 1929
dalam Internasional Congress of Psychology
di New Heaven. Menurut pandangan Thorndike yang baru bahwa semata-mata karena
ulangan saja tidak cukup untuk memperkuat hubungan antara stimulus dan respon.
b. Teori belajar menurut Watson
Menurut
Watson belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon yang dimaksud
harus dapat diamati. Dengan kata lain, Watson mengabaikan berbagai perubahan
mental yang terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak
perlu diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam benak
peserta didik tidak penting. Semua penting, akan tetapi faktor-faktor tersebut
tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum.[1]
c. Teori belajar menurut Skinner
Skinner mengemukakan adanya hubungan antara stimulus dan respon terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan yang lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan akibat respon itu. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah.
d. Teori belajar menurut Edwin Guthrie
Edwin Guthrie juga menggunaakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Namun ia mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis. Dijelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu diberikan stimulus dan respon agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respon tersebut. Guthrie juga percaya bahwa hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan tepat akan merubah kebiasaan dan perilaku seseorang. Namun setelah Skinner mengemukakan dan mempopulerkan akan pentingnya penguatan dalam teori belajar, maka hukuman tidak lagi dipentingkan dalam belajar.[2]
[1] Bimo
Walgito, Pengantar Psikologi Umum,
(Yogyakarta: Andi Offset, 2002), hal. 56-59
[2] Hamzah
B. Uno, Orientasi baru dalam Psikologi
Pembelajaran, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), Hlm. 8-10
Komentar
Posting Komentar