Pengertian, Ciri-Ciri, Jenis, dan Contoh Belajar

 

A.      Pengertian Belajar

Pengertian belajar secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Definisi belajar secara umum, ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[1]

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan  kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakuka nsetiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari, sianghari, sorehari, atau pagi hari.

Namun dari semua itu tidak setiap orang mengetahui apa itu belajar. Seadainya dipertanyakan apa yang sedang dilakukan?  Tentu saja jawabnya adalah “belajar”. Itu saja titik. Sebenarnya dari kata “belajar” itu ada pengertian yang tersimpan di dalamnya. Pengertian dari kata “belajae” itulah yang perlu diketahui dan dihayati, sehingga tidak melahirkan pemahaman yang keliru mengenai masalah belajar.

Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing. Tentu saja mereka mempunyai alasan yang dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah.[2]

Sedangkan menurut Mulibbin Syah belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekola hmaupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.[3]

B.       Ciri-Ciri Belajar

Adapun perubahan tingkahlaku dalam  artian belajar sebagai berikut :

1.      Perubahan terjadi secara sadar

Yang berarti  bahwa seseorang yang belajar  akan menyadari terjadiny  aperubahan itu  atau sekurang-kurangnya merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan  dalam dirinya.

2.      Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

3.      Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan  demikian makin banyak usaha belajar yang dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.

4.      Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara atau kontemporer terjadi hanya untuk beberapa saat, seperti berkeringat, keluar air mata, dan sebagainya bukan termasuk dari perubahan belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifa tmenetap atau permanen, yang berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

5.      Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

6.      Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, ketrampilan, pengetahuan dan sebagainya.[4]

Dari ciri-ciri diatas dapat disimpulkan ciri-ciri dalam belajar menghasilkan sebagai berikut:

1.      Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta ketrampilan (psikomotorik)

2.      Perubahan harus merupakan buah pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi pada diri individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkugan. Interaksi tersebut dapat berupa interaksi fisik.

C.      Jenis-jenis Belajar

 1.      Belajar arti kata-kata

Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata ynag digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah dikenal, tetapi belum tahu artinya. Misalnya pada anak-anak kecil dia sudah mengetahui kata “kucing”atau “anjing” tetapi dia belum mengetahui bendanya, yaitu binatang yang disebutkan dengan kata itu. Namun lama kelamaan dia mengetahui juga apa artinya kata kucing dan anjing.

2.      Belajar Kognitif

Belajar kognitif berkaitan dengan belajar masalah metal. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambing yang merupakan sesuatu bersifat mental. Misalnya, seseorang menceritakan hasil perjalanannya berupa pengalaman kepada temuanny.

3.      Belajar Menghafal

Menghafal adalah suatu ktifitas menanamkan suatu materi verbal didalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan (diingat) kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Peristiwa menghafal merupakan proses mental untuk mencamkan dan menyimpan kesan-kesan, yang nantinya sewaktu-waktu bila diperlukan dapat diingat kembali kealam sadar.

Cirri-ciri khas dari hasil belajar/kemampuan yang diperoleh adalah reproduksi secara harfiah dan adanya skema kognitif. Adanya skema kognitif berarti, bahwa dalam ingatan orang tersimpan secara baik semacam program informasi yang diputar kembali pada waktu dibutuhkan, seperti yang terjadi pada komputer.

Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai tujuan, pengertin, perhatian dan ingatan.

4.      Belajar Teoritis

            Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan suatu data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah. Maka diciptakan konsep-konsep, relasi-relasi diantara konsep-konsep dan struktur-struktur hubungan.

5.      Belajar Konsep

Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Ojek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambing bahasa).

Dalam bentuk belajar ini, orang mengadakan abstraksi, yaitu dalam objek-objek yang meliputi benda, kejadian dan orang , hanya ditinjau pada aspek-aspek tertentu saja. Objek tidak ditinjau dalam semua detailnya, tetapi aspek tertentu seolah-olah diambil, diangkat dan disendirikan. Cirri khas dari konsep yang diperoleh sebagai hasil belajar pengaertian ini adalah adanya, skema konseptual.  

Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam lingkungan fisik. Konsep ini mewakili benda tertentu, seperti meja, kursi, tumbuhan, rumah, dll. Konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbadan. Hanya dirasakan adanya melalui proses mental.

6.      Belajar kaidah

Belajar kaidah (rule) termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual (intellectual skill), yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang merepresentasikan suatu keteraturan. Orang yang telah mempelajari suatu kaidah, mampu menghubungkan beberapa konsep.

Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah. Kaidah merupakan suatu representasi (gambaran) mental dari kenyataan hidup dan sangat berguna dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah merupakan suatu keteraturan yang berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu, belajar kaidah sangat penting bagi seseorang sebagai salah satu upaya penguasaan ilmu selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi.

7.      Belajar Berpikir  

Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan. Masalah harus dipecahkan melalu operasi mental, khususnya menggunakan konse dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu.

Belajar berpikir sangat diperlukan selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi. Masalah dalam belajar terkadang ada yang harus dipecahkan seorang diri, tanpa bantuan orang lain. Pemecahan atas masalah itulah yang memerlukan pemikiran. Berpikir itu sendiri adalah kemampuan jiwa untuk meletakan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan. Ketika berpikir dilakukan, maka disana terjadi suatu proses. Oleh karena itulah, Jhon Dewey dan Wertheirmer memandang berpikir sebagai proses. Dalam prose situ tekanannya terletak pada penyusunan kembali kecakapan kognitif (yang bersifat ilmu pengetahuan).

Konsep Dewey tentang berpikir menjadi dasar untuk pemecahan masalah adalah sebagai berikut:

a)        Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah .

b)        Masalah itu diperjelas dan dibatasi.

c)        Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan.

d)        Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis, kemudian hipotesi-hipotesis itu dinilai, diuji agar dapat ditentukan untuk diterima atau ditolak.

e)        Penerapan pemecahan terhadap masalah yng dihadapi sekaligus berlaku sebagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai kesimpulan.

8.      Belajar Keterampilan Motorik (Motor Skill)

Orang yang memiliki suatu keterampilan motorik, mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urusan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak gerik berbagai anggota badan secara terpadu. Keterampilan semacam ini disebut “motorik”, karena otot, urat dan persendian terlibat secara langsung, sehingga keterampilan sungguh-sungguh berakar dalam kejasmanian. Cirri khas dari keterampilan motorik adalah “otomatisme”, yaitu rangkaian gerak gerik berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel, tanpa dibutuhkan banyak refleksi tentang apa yang harus dilakukan dengan mengapa diikuti urutan gerak-gerik tertentu.

Dalam kehidupan manusia, keterampilan motorik memegang peranan sangat pokok. Seorang anak kecil sudah harus menguasai berbagai keterampilan motorik, seperti mengenakan pakaiannya sendiri, mempergunakan alat-alat makan, mengucapkan bunyi-bunyi yang berarti, sehingga dapat berkomunikasi dengan saudara-saudara, dan sebagainya.

9.      Belajar Estesis

Bentuk belajar ini bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan dalam berbagai bidang kesenian. Belajar ini mencakup fakta, seperti nama Mozart sebagai penggubah music klasik; konsep-konsep, seperti ritme, tema dan komposisi; relasi-relasi, seperti hubungan antara bentuk dan isi; struktur-struktur, seperti sistematika warna dan aliran-aliran dalam seni lukis; metode-metode, seperti menilai mutu dan originalistis suatu karya seni.[5]

D.    Contoh-Contoh Belajar

Dalam mempermudah pemahaman anda mengenai cara sebenarnya proses belajar itu berlangsung, berikut ini akan menyusun kemukakan contoh sederhana sebagai gambaran.

Setelah itu, akan menyusul kemukakan pula sebuah contoh tandingan yang disertai komentar seperlunya.

Seorang anak balita memperoleh mobil-mobilan dari ayahnya.lalu ia mencoba mainan ini dengan cara memutar kuncinya dan meletakan pada suatu permukaan atau dataran. Perilaku ini “ memutar” dan “  meletakan” tersebut merupakan respons atau reaksi atas rangsangan yang timbul/ada pada mainan itu (misalnya kunci dan roda mobil-mobilan tersebut). Pada tahap permulaan respon anak terhadap stimulus yang ada pada mainan tadi biasanya tidak tepat atau setidak-tidaknya tidak teratur. Namun berkat praktik dan pengalaman berulang-ulang, lambat laun ia menguasai dan akhirnya dapat memainkan mobil-mobilan dengan baik dan sempurna[6].

[1]Slameto.Belajardan factor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta : PT RINEKA CIPTA , 1995) hlm. 2

[2]Syaifu,l Bahri Djamarah, Psikologi Belajar. (Jakarta :PT RINEKE CIPTA. 2011) Hlm. 12

[3] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan. (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA. 2014) Hlm 87

[4] Slameto, Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya. (Jakarta : PT RINEKA CIPTA. 1995) Hlm. 3-5.

[5] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar. (Bandung: PT Rineka Cipta. 2011) hlm.27-37.

[6] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. 2014) Hlm.91

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Soal Menghitung Zakat Fitrah

Contoh Teks MC Pelantikan Pengurus

Materi PAI Kelas 6 Bab 4 Ayo Membayar Zakat ppt