Makalah PPMDI - ISLAM DALAM DUNIA ISLAM DEWASA INI

 

ISLAM DALAM DUNIA ISLAM DEWASA INI


BAB I
PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang Masalah

Menyoroti kondisi Islam didunia, tentu banyak segi sorotan yang harus kita cermati. Islam saat ini sudah menyebar begitu luas disetiap penjuru dunia. Umat Islam berasal dari berbagai bangsa, suku, dan budaya. Mereka berbicara dalam berbagai bahasa dan melakukan adat serta kebiasaan yang berbeda. Di Arab misalnya, Arab menjadi pusat perhatian dunia karena sebagai negeri peletak lahirnya peradaban Islam. Ini ditandai dengan banyaknya jumlah pengunjung diseluruh penjuru dunia terutama jama’ah haji setiap tahunnya untuk melakukan periberibadatan ke Mekah. Maka tak heran, negeri yang tak diberkahi kekayaan akan hasil alam ini,  mampu berkembang begitu pesat.

Namun, kita lihat sampai saat ini pun, mayoritas umat Islam tinggal di Asia dan Afrika, bukan di wilayah Arab. Hanya sekitar seperlima dari masyarakat Muslim merupakan bangsa Arab. Komunitas Muslim terbesar terdapat di Indonesia, Bangladesh, Pakistan, India, dan Nigeria, bukan di Arab Saudi, Mesir dan Iran. Selain itu, jutaan Muslim tinggal di Eropa, Amerika dan Kanada.

B.       Tesis Statemen

Dari jutaan penganut Islam diseluruh penjuru dunia, Islam menciptakan peradaban yang berbeda-beda baik dari segi agama, sosial, politik dan ekonomi disetiap negaranya. Namun walaupun berbeda-beda, Islam tetap memiliki karakter satu kesatuan yang khas dimana setiap orang mengenal bahwa itu peradaban Islam. Ini menandakan terdapat berbagai macam penggambaran dan realitas tentang Islam. Dari hal tersebut penulis menujui akan adanya peradaban Islam dalam dunia Islam dewasa ini. 

C.      Outline

Pada pembahasan Islam dalam dunia Islam dewasa ini, memang benar mengalami begitu banyak perubahan. Baik dari zaman, peradabannya, hakikatnya dan lain-lain.


BAB II
ISI RINGKASAN

Dari sudut pandang tradisional, islam merupakan suatu agama dari wahyu ilahi yang akar-akarnya terkandung dalam Kitab Suci Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad, baik tertulis maupun lisan dan sakral yang berlangsung 1400 tahun lamanya. Dalam ortodoksinya, Islam telah mencakup Sunni dan Syi’ah, dan juga dimensi esoteris dari tradisi yang terkandung dalam sufisme. Selain menghasilkan mazhab-mazhab hukum (syari’ah), Islam juga telah menghasilkan teologi, filsafat, seluruh perangkat seni dan ilmu pengetahuan, suatu sistem pendidikan yang khas, belum termasuk politik, ekonomi, sosial, dan struktur keluarga serta norma-norma etis dan moral yang mempunyai struktur yang sling terkait satu sama lain.

Dalam lingkup Islam tradisional, “dunia” dibagi menjadi tiga, yaitu:

1.    Dar al-Islam (tempat kediaman Islam), di mana Islam berkuasa sebagai agama mayoritas, yaitu di mana hukum suci Islam (syari’ah) mengatur kehidupan manusia.

2.    Dar al-sulh (tempat kediaman), di mana kaum muslimin hidup sebagai minoritas, tetapi mereka berada dalam kedamaian dan dapat melaksanakan ajaran agamanya secara bebas.

3.     Dar al-harb (tempat konflik atau perang), di mana kaum muslimin bukan hanya minoritas, melainkan juga berada dalam keadaan konflik dengan berjuang melawan lingkungan politik dan sosial eksternal agar dapat melaksanakan ajaran agama mereka.

Jika sekularisme tidak menyusup masuk ke dunia Islam sejak abad ke-19, dunia Islam hanya dapat diartikan sebagai dar al-Islam. Tetapi, situasi dewasa ini semakin rumit oleh kenyataan bahwa pada banyak bagian dar al-Islam itu sendiri kekuatan-kekuatan non-Islami telah memperoleh suatu pijakan. Jadi, dunia Islam dewasa ini dapat diartikan sebagai bagian dari dunia, tanpa memandang apakah kaum muslimin merupakan mayoritas bahkan jika tingkat rasa cinta kaum muslimin pada kawasan ini tidak persis sama.

Masalah sikap dan tingkat kecintaan kaum muslim terhadap Islam itu sendiri merupakan suatu masalah penting dalam pembicaraan mengenai peranan Islam di dunia Islam dewasa ini. Pada masa modern, kekuatan-kekuatan seperti kolonialisme, nasionalisme sekuler, rasialisme, dan humanisme ala Barat telah menyebabkan perbedaan penting dalam sikap dan tingkat kecintaan banyak muslim terhadap Islam. 

Unsur penting lain dalam studi tentang Islam dalam dunia Islam dewasa ini adalah seluruh hakikat agama Islam yang terkandung di dalamnya, meskipun proses sekularisasi sekarang telah mempengaruhi tingkat dan kecintaan kebanyakan muslim terhadap agama Islam, khususnya di kota-kota besar yang merupakan pusat pengambilan keputusan.

Selama dua belas abad pertama dari keberadaan historisnya, Islam hidup dengan kesadaran penuh akan kebenaran dan realisasi janji Tuhan kepada kaum muslimin bahwa mereka akan mencapai kejayaan jika mereka mengikuti agamanya. Namun, kemudian dunia Islam dikalahkan oleh kekuatan-kekuatan non-Islam di mana-mana dan dengan cara yang tak dapat diubah lagi. Pada awal abad ke-19  kaum cendekiawan muslimin menyadari bahwa ada yang tidak beres, sebagaimana disinggung oleh W.C Smith, sarjana Barat tentang Islam. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya hal tersebut, diantaranya:

1.    Ada sesuatu yang tidak beres dengan dunia ini, sebagaimana yang tertera dalam Al-Qur’an dan hadits. Kemunduran Islam merupakan suatu bukti tentang kebenaran pesan Islami yang telah diramalkan.

2.    Kaum muslimin telah berhenti mengikuti ajaran Islam yang sebenarnya. Kaum muslimin harus kembali ke agama yang murni dan dengan penuh keperkasaan menghancurkan kekuatan-kekuatan non-Islam, serta melarikan diri dari hukuman yang diterima dari Tuhan karena kelalaiannya terhadap agama.

3.    Ajaran Islam harus diubah, dimodifikasi, disesuaikan atau diperbaiki agar sesuai dengan kondisi-kondisi modern dan mampu menyesuaikan dirinya dengan dunia modern guna mengatasi dominasi Barat.

Dalam beberapa hal, unsur-unsur tersebut tercampur aduk satu sama lain. Kecenderungan-kecenderungan mahdiisme, puritanis, atau fundamentalis tercampur dengan unsur-unsur reformis modern dalam pikiran-pikiran ajaran seorang tokoh atau mazhab tertentu. Reaksi-reaksi ini terus menjiwai golongan-golongan tertentu dari masyarakat Islam selama abad berikutnya sampai perang dunia II meski gelombang mahdiisme secara bertahap mengalami kemunduran setelah melahirkan gejala lain seperti pergerakan Ahmadiyah di India dan Pakistan, pergerakan Babi Bahai di Persia, dan negara Mahdi di Sudan.

Dengan berakhirnya perang dunia II, terjadi kejadian-kejadian tertentu yang membangkitkan pergerakan-pergerakan yang telah muncul sebagai reaksi murni Islam terhadap dominasi Barat atas dirinya. Pertama, hampir seluruh dunia Islam menjadi merdeka secara politik, tetapi sebagai negara kebangsaan sesuai dengan model-model negara bagian Eropa. Kebebasan ini membawa harapan akan kebebasan kultural dan kebebasan sosial lebih besar.  Kedua, kekayaan yang melimpah ruah tumpah ke banyak dunia Islam mambawa akselarasi proses industrialisasi dan modernisasi serta mempertinggi ketegangn-ketegangan yang telah ada antara Islam dan etos peradaban Barat modern.

Setelah perang dunia II, berbagai kekuatan nasionalistik yang dalam banyak hal dicampuradukkan dengan perasaan religius dengan cara tertentu, dimanipulasi dengan berbagai cara yang memungkinkan guna mencapai maksud dan tujuan dari kekuatan-kekuatan yang bersangkutan. Manipulasi ini merupakan faktor yang perlu diperhitungkan jika orang ingin memahami keadaan Islam dan kekuatan-kekuatan Islam dalam dunia Islam dewasa ini.

Berdasarkan reaksi-reaksi yang lebih awal dari dunia Islam terhadap dunia Barat serta kekuatan-kekuatan dn perubahan-perubahan baru yang muncul di dunia Islam sejak perang dunia II, kini terbuka kemungkinan untuk menjelaskan keadaan dari kekuatan-kekuatan, pergerakan-pergerakan, dan kecenderungan-kecenderungan yang mempengaruhi dan membentuk dunia Islam dewasa ini.

Pertama, ada sejumlah kekuatan yang berbeda satu sama lain dalam banyak wujud dasarnya yang mewarisi tipe reaksi Wahhabi terdahulu terhadap dunia Barat, yang biasa disebut fundamentalis, meskipun istilah ini mengandung konotasi Kristen Protestan, sehingga tidak dapat diterapkan seutuhnya untuk situasi Islam. Kekuatan-kekuatan ini terutama terpusat di Arab Saudi yang secara resmi mengikuti tafsiran Wahhabi tentang Islam dan sejak permulaannya dihubungkan dengan suatu kelompok sarjana Islam di Hijaz dan khususnya Madinah, termasuk kaum Neo-Wahabi di Mesir, Syiria, Yordania, dan negara-negara lain dekat Arab Timur.

Reaksi kedua, yaitu dengan adanya dukungan terhadap salah satu bentuk modernisme menyebabkan munculnya kekuatan-kekuatan yang watak dan tingkat Islamitasnya telah terbuka terhadap perdebatan. Dari perdebatan ini  berkembang istilah nasionalisme Islam, yaitu suatu cara berpikir yang menerima Islam dan bentuk kebangsaan tertentu dan berusaha mempersatukan mereka satu sama lain.

Bentuk pergerakan lain yang telah tumbuh dari segi-segi proses modernisasi dalam duni Islam dan digemari di kalangan kaum muslimin muda selama dua dasawarsa yang lampau adalah sosialisme Islam atau Marxisme Islam. orang-orang yang mengikuti pergerakan ini pasti dipengaruhi oleh Soviet dan dunia sosialis serta dukungan nyata mereka yang pro-Arab dan pro-Islam menyebabkan masalah seperti sengketa Arab-Israel. Sementara itu Marxisme Islam merupakan suatu tesis yang muncul terkait dengan kelompok-kelompok ekstrem tertentu di Timur Tengah yang menganggap dirinya sebagai muslim tetapi menggunakan hampir seluruh ideologi politik marxis dan juga sarana-sarana pencapaian tujuan-tujuan mereka.

Peristiwa-peristiwa perubahan besar akhir-akhir ini juga menghidupkan kembli pergerakan Mahdiisme yang sudah tidak aktif lagi selama lebih dari seabad sejak gelombang pertemuan pertama antara Islam dan dunia modern.

Akhirnya, ada suatu jenis kekuatan atau kehadirn keempat dalam dunia Islam kontemporer, yaitu kebangkitan tradisi Islam dari dalam oleh orang-orang yang telah mengalami dunia modern sepenuhnya dan orang-orang yang menyadari sepenuhnya akan sifat dunia modern dan seluruh masalah mengenai hakikat filosofis, ilmiah, dan sosial yang diajukannya. Bagi kelompok ini, Islam adalah Islam tradisional dengan akar-akarnya tertanam di langit dan cabang-cabangnya menyebar keseluruh dunia menjangkau suatu ruang yang terbentang dari Atlantik hingga Pasifik dan dalam suatu waktu yang merentang meliputi empat belas abad. Bagi mereka, kebangkitan dunia Islam harus bersamaan dengn kebangkitan kaum muslimin itu sendiri. Mereka menekankan perubahan batin masyarakat Islam secara keseluruhan. Sikap mental mereka terhadap dunia, termasuk dunia modern, bukanlah penerimaan pasif. Mereka mengkritik dunia modern berdasarkan prinsip-prinsip abadi dan memandangnya sebagai suatu kanvas menarik dari jauh, tetapi kemudian terlihat menjadi alam ilusi keika jaringannya dilihat dari dekat.

Keempat jenis kelompok atau pergerakan dalam dunia Islam dewasa ini, yaitu fundamentalis, modernis, mahdiis, dan tradisional tentu tidak selalu tertutup satu sama lain, meskipun sikap tertentu seperti tradisional tidak mencakup sikp lainnya, misalnya modernis.

 

BAB III
ANALISA


        1.        Kritik terhadap Barat

  Nasr menyatakan bahwa peradaban modern yang berkembang di Barat sejak zaman Renaisans adalah sebuah eksperimen yang telah mengalami kegagalan yang sangat parah. Kegagalan peradaban modern tersebut, menurut Nasr, di sebebabkan oleh kesalahan konsep yang melandasinya. “Peradaban modern telah di tegakan di atas landasan konsep mengenai manusia yang tidak menyertakan hal yang paling esensial bagi manusia sendiri.

Di sisi lain, Nasr mengkritik proses pemberatan terhadap umat islam. Ia menyatakan, saat ini proses pemberatan terhadap umat islam sudah mengalami titik puncaknya. Beberapa bagian dimensi kehidupan, terutama tentang moral, politik, ekonomi, dan sains mengalami westernisasi yang luar biasa.

Negara-negara Islam atau yang mayoritas penduduknya Islam tidak memiliki strategi pembangunan yang benar-benar didasarkan pada prinsip Islam. Namun, yang mencoba melakukan eksperimen ekonomi Islam barulah Malaysia dan Iran. Sedangkan Indonesia menggunakan sistem ekonomi ”campuran“. Adanya fenomena-fenomena mungkin tanpa kita sadari telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging dalam perlakuan kita sehari-hari. Telah kita ketahui zaman jahiliyah merupakan zaman yang penuh dengan kebobrokan moral dan akhlak.[1]

Masyarkat Barat memuja-muja sains dan teknologi yang bebas nilai. Akibatnya, tanpa disadari integritas kemanusian tereduksi, selanjutnya terperangkap dalam jaringan sistem rasionalitas teknologi industri yang mengabaikan moral.

Dunia modern, dalam pengamatan Nasr, di tandai oleh kecemasan terhadap bahaya perang, krisis ekologi, polusi udara dan air. Masalah yang paling akut dihadapi manusia modern bukan muncul dari situasi keterbelakangan (underdevelopment), melainkan justru dari keterlalumajuan (overdevelopment). Lebih dari itu, semua masalah dan krisis peradaban modern berakar pada polusi jiwa manusia yang muncul begitu manusia Barat mengambil alih peran ketuhanan di muka bumi dengan menyingkirkan dimensi ilahi dari kehidupanya. Nasr memandang manusia modern yang memperlalukan alam seperti memperlakukan pelacur dan mengambil kepuasan dari alam tanpa tanggung jawab apa pun.[2]

        2.        Spiritualisme dan Sufisme

Menurut Nasr, salah satu solusi atas problem manusia modern adalah spiritualisme atau sufisme. Memang Nasr memiliki kepedulian yang tinggi atas dunia esoteris. Ia berpandangan amat positif terhadap sufisme. Menurutnya, dengan menolak sufisme dan mengkambing hitamkanya sebagai penyebab kemunduran umat, Islam akan tereduksi hingga yang tersisa hanyalah doktrin fikih kaku, yang pada gilirannya juga tidak mampu menghadapi serangan bertubi-tubi dari intelektual barat.[3]

Menurut Nasr, setidaknya ada tiga tujuan mensosialisasikan sufisme kepada masyarakat Barat, yaitu pertama, menyelamatkan kemanusian dari kondisi kebingungan sebagi akibat hilangnya nila-nilai spiritul, kedua memperkenalkan aspek esoteris Islam bak terhadap masyarakat Islam maupun masyarakat Barat, ketiga menegaskan kembali bahwa aspek esoteris/sufisme adalah jantung ajaran Islam sehingga bila wilayah ini kering dan tidak lagi berdenyut, keringlah aspek-aspek ajaran Islam yang lain.

Dalam hal ini Nasr menegaskan bahwa “thariqah” atau jalan rohani” yang biasanya dikenal sebagai tasawuf merupakan dimensi kedalam dan kerahasian dalam islam, sebagaimana syariat berakar pada Al-Quran dan sunah. Dalam mewujudkan tujuan tersebut harus bertitik tolak pada pendekatan historis-kultural tanpa melupakan prinsip dasar sufisme.

Menurut Nasr, sufisme adalah rohnya ajaran Islam dan sumber kehidupan yang mengatur seluruh organisme keagamaan dalam Islam. Hal ini dapat dimaklumi karena tasawuf dapat membangkitkan cinta membara dalam wujud kemurnian spiritual menuju ma’rifat.[4].

Keyakinan Nasr akan pengaruh sufisme di Barat tampak dari pernyataan yang optimis. Menurutnya, besar kemungkinan dalam waktu dekat sufisme akan memperlihatkan pengaruhnya di Barat. Pengaruh ini terjadi pada tiga level. Pertama, ada kemungkinan sufisme tersebut dilaksanakan secara aktif. Ada sekelompok kecil orang-orang tertentu di Barat yang telah mempratikkan sufisme secara serius, dan beberapa cabang sufisme cabang-cabang yang otentik di sana. Kelompok ini pasti akan berkembang walaupun tidak dapat menampung semua orang Barat yang pada saat ini tertarik keapada sufisme.

Level kedua, mungkin sekali sufisme mempengaruhi dunia Barat melalui perkenalannya dengan Islam dalam bentuknya yang lebih menarik. Mereka akan menemukan di dalam praktik-praktik Islam segala sesuatu yang sedang mereka cari pada saat ini melalui sufisme.

Level ketiga, sufisme dapat memainkan peran penting di Barat, yaitu untuk mengingatkan dan menjagakan orang-orang Barat dari tidurnya. Karena sufisme itu adalah tradisi yang masih hidup dan kaya dengan doktrin-doktrin metafisis, doktrin-doktrin kosmologis, sebuah psikologi dan psikoterapi keagamaan yang hampir tak pernah dipelajari di Barat, sebuah doktrin mengenai seni religius dan sains-sains tradisional, ia dapat menghidupkan kembali berbagai aspek tradisi Baat yang pada saat ini telah dilupakan.[5]

Menurut Huntington[6] di dunia ini ada 9 peradaban besar, yaitu: Barat, Konfusius, Jepang, Islam, Hindu, Cina, Amerika Latin, Kristen Ortodoks, dan Afrika. Namun hanya dua peradaban yang menjadi favorit pembahasannya yakni Barat dan Islam. Huntington mengemukakan ada enam alasan pokok mengapa benturan peradaban akan menjadi sumber konflik utama di masa pasca perang dingin ini

1.    Kenyataan bahwa perbedaan antar peradaban tidak hanya riil, tapi juga mendasar.

2.    Dunia yang makin menyempit mengakibatkan interaksi makin meningkat, sehingga pergesekan-pergesekan antar budaya dan peradaban makin kuat.

3.    Proses modernisasi ekonomi dan perubahan sosial dunia yang telah membuat masyarakat tercabut dari identitas lokal dan memperlemah negara bangsa sebagai sumber identitas mereka.

4.    Terjadinya konflik peradaban akibat tumbuhnya kesadaran peradaban akibat benturan dengan dunia Barat.

5.    Karateristik dan perbedaan budaya kurang bisa menyatu dibanding dengan karateristik dan perbedaan politikekonomi.

6.    Munculnya regionalisme ekonomi yang semakin meningkat.

Penulis menyetujui bahwa ada yang tidak beres dengan dunia ini karena saat ini Islam mengalami kemunduran. Hal tersebut berbeda dengan Islam pada masa awal yang hidup dengan kesadaran penuh akan kebenaran dan realisasi janji Tuhan kepada kaum muslimin sehingga Islam mengalami kemenangan. Adanya pengaruh barat dalam dunia Islam dewasa ini telah mempengaruhi sikap dan kecintaan umat muslim terhadap islam. Oleh karena itu, ajaran islam harus disesuaikan atau diperbaiki dalam hal furu’iyahnya agar sesuai dengan kondisi-kondisi modern dan mampu menyesuaikan dengan dunia  modern serta dapat mengatasi dominasi Barat.

Pada kenyataanya, Islam dewasa ini telah mengalami kemunduran. Hal itu disebabkan karena kemajuan zaman, terutama karena adanya pengaruh peradaban Barat. Pengaruh Barat tersebut, terlihat pada aspek moral, politik, ekonomi, dan saintek. Masyarakat Islam dewasa ini banyak yang memiliki tingkat kecintaan terhadap Islam yang rendah karena terpengaruh oleh budaya Barat. Umat Islam yang benar-benar mencintai Islam dan mengamalkan ajaran Islam dengan sepenuhnya hanya sebagian saja. Kebanyakan dari mereka tidak dapat menghadapi tantangan-tantangan di masa modern ini sehingga mereka terbawa kedalam peradaban Barat dan tidak lagi menjalankan ajaran Islam sepenuhnya.

   Dewasa ini, berkembang istilah terorisme dalam dunia Islam. Menurut peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang RI no 1 tahun 2002 pasal 6, tindak pidana terorisme adalah yang mengandung unsur pelaku kejahatan, kekerasan atau ancaman kekerasan (intimidasi), korban kecelakaan, termasuk kerusakan dan kehancuran obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional.[7]

Isu terorisme menjadi hangat pasca tragedi WTC tanggal 11 September 2001, di mana Presiden Amerika Serikat, George Walker Bush menuduh Usamah bin Ladin terlibat dalam aksi teroris yang dituduh menyerang gedung WTC dan Pentagon. Kejadian tersebut menimbulkan opini dunia bahwa konotasi teroris adalah Islam fundamentalis, Islam militan, Islam radikal atau Islam ekstrim. Pemberian nama (labelling) teroris kepada kelompok Islam tertentu semakin kuat dan meluas sehubungan dengan tuduhan kepada jaringan Al-Qaidah, yaitu jaringan teroris internasional yang terdapat di seluruh dunia, khususnya di Asia Tenggara termasuk Indonesia.[8]

Akhir-akhir ini juga berkembang fenomena ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria) yang menggemparkan dunia. ISIS terbentuk pada 3 Januari 2014 dan mendeklarasikan ke-khalifah-an pada 29 Juni 2014. Ideologi ISIS dicirikan sebagai Salafy Jihadi, Wahhabism, ke-khalifa-han, serta sikap anti Syiah yang kuat. Saat ini sebagai khalifah bentukan ISIS adalah Abu Bakr al-Baghdadi. Tidak mau kalah dengan ISIS, faksi al Qaidah Jabath Nusroh beberapa waktu kemudian mengumumkan kekuasaan “Emirat Islam” di wilayah yang mereka kuasai. Gerakan Boko Haram di Somalia pada Agustus 2014 juga mendeklarasikan ke-khalifah-an Islam dengan pimpinan mereka sebagai khalifah-nya.

Di Indonesia sendiri, beberapa kelompok Islam garis keras cukup antusias memberikan dukungan kepada ISIS dan ke-khilafah-an yang mereka bentuk. Pada Februari, sejumlah kelompok Islam yang berjumlah ratusan yang menamakan diri sebagai Forum Aktivis Syariat Islam (FAKSI) menyatakan baiatnya kepada amir ISIS. Setelah ISIS mendeklarasikan khilafah Islamiyah pada 29 Juni 2014 maka seminggu kemudian ratusan orang dengan bendera FAKSI tangal 6 Juli 2014 menyatakan baiatnya kepada ke-khilafah-an ISIS. Sebagian besar peserta berasal dari beberapa daerah di Jawa Barat, Banten, Lampung dan Riau.[9]

   

BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan

Islam dalam dunia islam dewasa ini berbeda dengan Islam tradisional. Islam dewasa ini sudah mengalami perubahan-perubahan dan terdapat dominasi dari Barat. Masalah yang paling penting tentang Islam dalam dunia Islam dewasa ini adalah sikap dan tingkat kecintaan kaum muslim terdhadap Islam itu sendiri serta seluruh hakikat agam Islam yang terkandung didalamnya. Jika orang ingin memahami keadaan Islam dan kekuatan-kekuatan Islam dalam dunia Islam dewasa ini maka salah satu faktor yang perlu diperhitungkan adalah memanipulasi kekuasaan nasionalitik yang dalam banyak hal dicampuradukan dengan perasaan religus dengan cara tertentu.

Dalam dunia Islam dewasa ini, muncul empat jenis kelompok atau pergerakan, yaitu fundamentalis, modernis, mahdiss, dan tradisional yang masing-masing tidak selalu tertutup satu sama lain, meskipun sikap tertentu seperti tradisional tidak mencakup sikap lainya, misalnya modernis. Pada masa modern ini, telah muncul kebangkitan tradisi Islam atau dalam oleh orang-orang yang telah mengalami dunia modern sepenuhnya dan orang-orang yang menyadari sepenuhnya akan sifat dunia modern dan seluruh masalah mengenai hakikat filosofis, ilmiah, dan sosial yang diajukanya.

B.       Saran

1.    Teoritis

Penulis menyarankan agar makalah ini dijadikan referensi untuk penulisan makalah selanjutnya.

2.    Praktis

Penulis menyarankan kepada semua umat Islam untuk melaksanakan ajaran Islam dengan seutuhnya serta berpegang teguh kepada Al-Quran dan hadist agar tidak mudah terpengaruh dengan peradaban dan budaya Barat yang telah mendominasi dunia Islam.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Maulani, ZA, dkk. 2002. Terorisme dan Konspirasi Anti-Islam. Jakarta: Pustaka Al- Kautsar.

Nasution,Harun dan Azyumardi Azra. 1985. Perkembangan Modern dalam Islam. (Yayasan Obor Indonesia: PT Midas Surya Grafindo).

Saefudin, Didin. 2003. Pemikiran Modern dan Postmodern Islam. (Jakarta:PT Grasindo).

http://sobecan.blogspot.co.id/2015/06/tragis-inilah-berita-dunia-islam.html diambil pada tanggal 10 Oktober 2016 pada pukul 17.01 WIB

Fitria, Vita. Konflik Peradaban Samuel P. Huntington: (Kebangkitan Islam Yang Dirisaukan?). Jurnal UNY, diunduh pada 4 Januari 2017, <journal.uny.ac.id>

Mubarak, M. Zaki. Dari NII ke ISIS: Transformasi Ideologi dan Gerakan dalam Islam Radikal di Indonesia Kontemporer. ejurnal vol. 10, no. 1, Juni 2015, diunduh pada 4 Januari 2017, <ejournal.iain-tulungagung.ac.id>

 



[1] http://sobecan.blogspot.co.id/2015/06/tragis-inilah-berita-dunia-islam.html diambil pada tanggal 10 Oktober 2016 pada pukul 17.01 WIB

[2] Didin Saefudin. Pemikiran Modern dan Postmodern Islam. (Jakarta:PT Grasindo). 2003.hal 200

[3] Didin Saefudin. Pemikiran Modern ...hal 204

[4] Didin Saefudin. Pemikiran Modern ...hal 206

[5] Didin Saefudin. Pemikiran Modern ...hal 207

[6] Vita Fitria, Konflik Peradaban Samuel P. Huntington: (Kebangkitan Islam Yang Dirisaukan?), Jurnal UNY, diunduh pada 4 Januari 2017, <journal.uny.ac.id>

[7] ZA Maulani, dkk, Terorisme dan Konspirasi Anti-Islam, (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2002), hlm. 33

[8] ZA Maulani, dkk, Terorisme...hlm. 31                                    

[9] M. Zaki Mubarak, Dari NII ke ISIS: Transformasi Ideologi dan Gerakan dalam Islam Radikal di Indonesia Kontemporer, ejurnal vol. 10, no. 1, Juni 2015, diunduh pada 4 Januari 2017, <ejournal.iain-tulungagung.ac.id>



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Soal Menghitung Zakat Fitrah

Contoh Teks MC Pelantikan Pengurus

Materi PAI Kelas 6 Bab 4 Ayo Membayar Zakat ppt