Pengembangan Pendidikan Akhlak Melalui Sekolah Berbasis Pesantrenisasi

 

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AKHLAK MELALUI SEKOLAH BERBASIS PESANTRENISASI

 

Siti Nurjannah

NIM: 1522402077

Institut Agama Islam Negeri Purwokerto

Jalan Ahmad Yani No. 40 A, Purwanegara, Purwokerto Utara

 

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengembangan pendidikan akhlak melalui sekolah berbasis pesantrenisasi. Pendidikan akhlak perlu dikembangkan bagi peserta didik dalam proses pembentukan kepribadiannya. Apalagi di era globalisasi ini, pendidikan akhlak sangat perlu dilakukan agar para pemuda tidak mudah terjerumus kepada pengaruh budaya barat yang tidak sesuai dengan syariat Islam. selain itu, pendidikan akhlak juga dapat membenahi moral generasi bangsa yang semakin menurun. Dengan adanya sekolah berbasis pesantrenisasi diharapkan peserta didik dapat memiliki akhlakul karimah karena di pesantren diajarkan akhlak yang harus ada pada diri umat Islam. Di pesantren peserta didik juga belajar kitab-kitab yang berkitan dengan akhlak seperti kitab Ta’lim Muta’alim dan lainnya. Setelah mempelajari kitab-kitab tersebut peserta didik dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kata kunci: Pendidikan Akhlak, Pesantren, Peserta Didik, Akhlakul Karimah.

PENDAHULUAN

Dewasa ini akhlak masyarakat Indonesia cukup memprihatinkan. Apalagi semakin berkembangnya arus globalisasi, banyak kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia dan mempengaruhi akhlak masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia banyak yang meniru budaya-budaya asing tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Melalui arus globalisasi ini, banyak budaya asing yang merusak akhlak masyrakat Indonesia, terutama para pemuda sebagai generasi bangsa. Salah satunya dengan mudahnya akses informasi melalui internet, para pemuda sering menyalahgunakan kemudahan tersebut. Mereka memanfaatkan kemudahan tersebut untuk melihat tayangan-tayangan pornografi. Selain itu, mereka juga meniru gaya berpakaian dan gaya berbahasa yang sedang ngetrand meskipun tidak sesuai dengan syariat Islam.

Untuk mengatasi degradasi akhlak dan membentuk pemuda yang berakhlak mulia maka perlu adanya pendidikan akhlak. Salah satu caranya, yaitu melalui sekolah berbasis pesantrenisasi. Peserta didik dapat memperoleh pendidikan akhlak yang lebih mendalam di pondok pesntren. Melalui pondok pesantren, peserta didik akan diajari akhlak yang seharusnya ada pada diri manusia dan akhlak yang baik kepada orang lain, terutama orang tua dan guru.

PENDIDIKAN AKHLAK

Pendidikan sangat diperlukan oleh setiap orang. Pendidikan merupakan usaha yang sadar, teratur dan sisematis di dalam memberikan bimbingan/bantuan kepada orang lain (anak) yang sedang berproses menuju kedewasaan.[1] Pendidikan sangat berguna dalam pembentukan kepribadian seseorang. Melalui pendidikan, seseorang akan belajar guna membentuk kemampuan yang menyangkut daya fikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah kepribadian seseorang.  Sedangkan akhlak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti budi pekerti atau kelakuan. Jadi, pendidikan akhlak merupakan usaha dalam memberikan bimbingan kepada orang lain untuk membentuk seseorang yang memiliki budi pekerti luhur.

Pendidikan bertugas mengembangkan setidak-tidaknya lima bentuk kecerdasan: Pertama, kecerdasan intelektual; kedua, kecerdasan emosional; ketiga, kecerdasan praktikal; keempat, kecerdasan sosial; dan kelima, kecerdasan spiritual dan moral.[2] Pendidikan akhlak sangat tepat untuk diterapkan guna mencapai tugas-tugas pendidikan tersebut.

Pendidikan akhlak sangat diperlukan agar dapat manghasilkan orang-orang yang bermoral. Orang-orang yang memiliki intelektual bagus tidaklah berarti jika tidak memiliki moral yang bagus pula. Mereka akan memanfaatkan kemampuannya untuk hal-hal yang tidak baik. Bahkan mereka dapat membuat orang lain resah dan menderita.

Saat ini, banyak peserta didik sering dinilai tidak hanya kurang memiliki kesantunan baik di sekolah, di rumah dan lingkungan masyarakat, tetapi juga sering terlibat dalam tindakan kekerasan massal seperti tawuran, dan sebagianya. Selain itu, saat ini banyak kasus korupsi yang terjadi di tanah air. Orang-orang yang melakukan korupsi sebenarnya adalah orang yang sudah memiliki banyak uang tapi mereka masih belum puas dengan apa yang mereka dapatkan. Mereka mengambil hak milik orang lain tanpa perasaan bersalah dan perasaan malu. Mereka itu memiliki kemampuan intelektual yang bagus tapi moral mereka nol.

SEKOLAH BERBASIS PESANTRENISASI

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang kedua setelah keluarga. Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik. Sekolah juga melatih peserta didik memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.[3]

Menurut Ridwan Nasir,[4] pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam. Umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan secara non-formal, yaitu dengan sistem bandongan dan sorogan. Kyai mengajar santri-santri kitab-kitab yang tertulis dalam bahasa Arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan. Para santri biasanya tinggal dalam pesantren tersebut. Ada juga yang mengartikan pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian.  Pesantrenisasi yaitu kewajiban untuk menuntut ilmu di pondok pesantren.

Akhir-akhir ini semakin banyak sekolah-sekolah yang bekerja sama dengan pondok pesantren. Selain peserta didik belajar di sekolah, pihak sekolah juga mewajibkan peserta didiknya agar menuntut ilmu di pondok pesantren. Hal tersebut perlu dilakukan dalam membentuk peserta didik yang religius dan memiliki akhlakul karimah.

Pendidikan yang hanya dilakukan di sekolah pada umumnya masih belum cukup untuk membentuk seseorang yang memiliki budi pekerti luhur. Pendidikan di sekolah masih menitikberakan pada aspek intelektual, sedangkan pendidikan akhlaknya masih kurang. Pada kenyataannya masih banyak pelajar yang memiliki akhlak yang tidak baik, seperti tidak sopan terhadap guru dan orang tua. Selain itu, juga marak adanya kasus kekerasan antar pelajar.

            Sekolah berbasis pesantrenisasi sangat membantu dalam mengatasi masalah-masalah tersebut. Dengan belajar di pesantren, peserta didik akan memperoleh pendidikan akhlak yang lebih mendalam. Di pondok pesantren peserta didik diajarkan budi pekerti melalui kitab-kitab yang diajarkan. Setelah itu, peserta didik diharapkan agar bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AKHLAK MELALUI SEKOLAH BERBASIS PESANTRENISASI

Saat ini pendidikan akhlak sudah mulai dikembangkan di sekolah-sekolah. Salah satu upaya untuk mengengembangkan pendidikan akhlak yaitu melalui sekolah berbasis pesantrenisasi. Contohnya di SMK Syubhanul Wathan Tegal Rejo, Magelang. Peserta didik yang bersekolah di sana diharuskan tinggal di pondok pesantren yang sudah bekerja sama dengan sekolah yaitu pondok pesantren API (Asrama Pelajar Islam) ASRI agar dapat memperdalam ilmu agamanya. Di sana selain belajar ilmu pengetahuan umum di sekolah, peserta didik juga belajar ilmu agama di pondok pesantren. Mereka mempelajari kitab-kitab tentang akidah, akhlak dan lainnya.

Menurut Khomsatun Khoeriyah sekolah umum dengan sekolah berbasis pesantrenisasi itu jelas berbeda. Sekolah berbasis pesantrenisasi lebih mengedepankan pendidikan akhlak daripada pendidikan intelektual. Di pesantren tidak hanya diajarkan teorinya saja tapi juga diajarkan untuk mempraktekkan ilmu yang telah didapat. Peserta didik dilatih untuk disiplin dan berlaku sopan kepada guru dan orang yang lebih tua. Di SMK Syubhanul Wathan setiap peserta didik bertemu dengan gurunya harus berjabat tangan dan mengucapkan salam. Ketika bertemu dengan kyai atau ustad, para santri menunduk. Bahkan santriwan sampai jongkok untuk menunjukkan rasa hormat mereka. Ketika mereka melakukan pelanggaran di pesantren dapat mempengaruhi proses belajar mereka di sekolah. Bahkan jika pelanggaran mereka cukup berat, mereka bisa tidak naik kelas meskipun nilai raportnya bagus.[5]

KESIMPULAN

            Pendidikan akhlak sangat perlu dilakukan kepada peserta didik dalam menghadapi arus globalisasi yang terjadi saat ini. Pendidikan akhlak dapat membantu dalam pembentukan kepribadian yang baik bagi seseorang. Seseorang dapat lebih jeli dalam menilai mana yang baik dan mana yang buruk. Pengembangan pendidikan akhlak melalui sekolah berbasis pesantren merupakan alternatif yang tepat dalam membentuk manusia yang berakhlakul karimah. Di pesantren peserta didik mempelajari kitab-kitab tentang akhlak, seperti Ta’lim Muta’alim dan lainnya. Di sana peserta didik juga diajarkan untuk berlaku sopan kepada guru dan orang yang lebih tua serta dilatih untuk disiplin. melalui sekolah berbasis pesantrenisasi ini, tujuan pendidikan yang di cita-citakan oleh bangsa Indonesia juga dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Arda,  Azyumardi. “Pendidikan Akhlak dan Budi Pekerti: Membangun Kembali Anak Bangsa” dalam http://file.upi.edu/direktori/jurnal/jurnal_mimbar_pendidikan/mimbar_no_1_2001/pendidikan_akhlak_dan_budi_pekerti_%91membangun_kembali_anak_bangsa_%92.pdf  diakses pada 1 Juni 2016.

Maunah, Binti. 2009. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Teras.

Nasir, Ridwan. 2005. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wawancara dengan Khomsatun Khoeriyah, alumni SMK Syubhanul Wathan pada tanggal  1 Juni 2016.



[1] Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 6

[2] Azyumardi Arda,  Pendidikan Akhlak dan Budi Pekerti: Membangun Kembali Anak Bangsa” dalam http://file.upi.edu/direktori/jurnal/jurnal_mimbar_pendidikan/mimbar_no_1_2001/pendidikan_akhlak_dan_budi_pekerti_%91membangun_kembali_anak_bangsa_%92.pdf  diakses pada 1 Juni 2016

 

[3]Binti Maunah, Ilmu... hlm. 91

[4] Ridwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 80-81

[5] Wawancara dengan Khomsatun Khoeriyah. Dia adalah alumni dari SMK Syubhanul Wathan Tegal Rejo, Magelang. Wawancara dilakukan pada tanggal 1 Juni 2016.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Soal Menghitung Zakat Fitrah

Contoh Teks MC Pelantikan Pengurus

Materi PAI Kelas 6 Bab 4 Ayo Membayar Zakat ppt