Syukur dengan Hati Lisan dan Perbuatan

Syukur dengan Hati, Lisan dan Perbuatan


Manusia diciptakan oleh Allah SWT. sebagai makhluk yang pling sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Manusia dianugerahi mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, mulut untuk berbicara, dan akal untuk berpikir. Allah SWT. juga memberikan berbagai kenikmatan yang lain yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dan kelangsungan hidup mereka. Kenikmatan-kenikmatan yang begitu banyak Allah berikan harus kita terima dengan penuh rasa syukur.


Syukur merupakan salah satu bentuk akhlak terpuji kepada Allah SWT. yang harus kita miliki. Syukur memang suatu hal yang tidak mudah dilakakukan. Apalagi ketika yang kita dapatkan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Akan tetapi, Allah SWT pasti lebih tahu dengan apa yang kita butuhkan dan Dia memberikan sesuatu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kita. Syukur yang sebenar-benarnya bukan hanya sekedar ucapan atau lisan saja, melainkan harus diikuti dengan hati dan perbuatan.


A. Pengertian Syukur

Kata syukur berasal dari bahasa Arab “syakara” yang berarti membuka. Sedangkan menurut istilah syara’, syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang dikaruniakan Allah yang disertai dengan ketundukan kepadanya dan mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan kehendak Allah.

Sikap syukur berkaitan dengan mengungkapkan rasa terima kasih kepada yang menganugerahi kita berbagai nikmat dan menggunakannya dalam hal-hal yang membuatnya senang. Sikap syukur merupakan salah satu kualitas kesempurnaan yang tumbuh dan membuat kekal nikmat-nikmat yang diterima seseorang.


B. Dalil Syukur

Syariat Islam, melalui teks-teks Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw., telah mengajak umat manusia untuk menumbuhkembangkan sikap syukur.  


وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ لَاَتَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَوَالْأَفْأِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ 
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.S an-Nahl: 78)


Berdasarkan ayat tersebut dapat kita ketahui bahwa Allah SWT tidak memberikan pengetahuan kepada manusia ketika masih dalam kandungan sehingga ketika manusia terlahir ke dunia tidak mengetahui apapun. Ketika lahir manusia hanya memiliki insting seorang bayi yang menangis dikala lapar atau haus dan potensi untuk berkembang. Akan tetapi Allah memberikan bekal kepada uma-Nya berupa pendengaran, penglihatan, dan hati nurani. 


Allah mengaruniai manusia pendengaran dan penglihatan agar manusia dapat belajar dan bergerak. Dengan penglihatan, manusia dapat mengetahui segala benda yang ada di sekitarnya. Dengan dengan pendengaran, manusia belajar pengetahuannya. Selanjutnya, hai nurani merupakan karunia ketiga dan teragung yang diberikan kepda manusia. Hai nurani menjadi pengarah hidup dalam mengendalikan tindakan manusia. Dengan karunia tersebut Allah memerintahkan kita untuk mensyukurinya dan memanfaat karunia ersebu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan ridha Allah SWT.


Selain itu dalam surah Al-Baqarah ayat 12 juga terdapat perintah untuk bersyukur.


فَاذْكُرُونِى أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوالِى وَلاَ تَكْفُرُوْنِ
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat-Ku). (Q.S Al-Baqarah: 152)


Melalui ayat tersebut Allah SWT. memerintahkan kepada umat-Nya untuk mengingat-Nya dengan cara berdzikir dan selalu menjalankan perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya. Allah menjanjikan kkepada umat yang selalu mengingat-Nya sebaik-baik balasan, yaitu dengan mengingatnya pula. Selain itu, Allah memerintahkan kepada manusia untuk mensyukuri segala nikmat yang telah Allah berikan dengan hati, lisan dan perbuatan. Dan Allah melarang manusia mengingkari segala nikmat yang telah Allah berikan.


Selain dalam Al-Qur’an, perintah untuk bersyukur juga terdapat dalam hadits Nabi Muhammad SAW., diantaranya:

Diriwayatkan dari Nabi SAW., “Ketika engkau melihat orang lain dalam kesusahan, bersyukurlah kepada Allah karena engkau aman, namun (ucapkan syukurmu) secara lirih agar mereka tidak mendengarnya, sehingga mereka tidak bersedih.”


Nabi SAW. juga bersabda, “Orang yang tidak bererima kasih kepada Allah selain dalam hal makanan dan minuman, sesungguhnya kurang bijak dan dekat dengan azab.”


C. Kategori-Kategori Syukur

Sikap syukur dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori:
  1. Syukur hati, yaitu mengakui nikmat dan mengetahui bahwa sumber-sumber nikmat itu adalah Allah.
  2. Syukur lisan, yaitu mengucapkan syukur kepada Sang Maha Pemberi.
  3. Syukur tubuh, yaitu melibatkan tubuh dalam perbuatan-perbuatan ketaatan kepada Allah dan menghindarkannya dari keterlibatan dalam bebagai maksiat kepada-Nya.
Apabila hati kita penuh dengan pengakuan terhadap nikmat-nikmat yang Allah berikan, maka lidah kita akan mengucapkan syukur. Ketika hati dan lidah kita bersatu dalam mengungkapkan perasaan-perasaan syukur, maka keduanya akan menginspirasikan tubuh kita untuk mengungkapkan syukur dengan jalan tunduk dan mewujudkannya dalam bentuk-bentuk ketaatan kepada-Nya.

 

Bila seorang muslim misalnya, bersyukur kepada Allah SWT. atas kekayaan harta benda yang didapatnya maka yang harus pertama kali dilakukan adalah mengetahui dan mengakui bahwa semua kekayaan yang didapatnya itu adalah karunia dari Allah SWT. Usaha yang ia lakukan hanyalah sebab atau ikhtiar semata. Setelah itu baru dia mengungkapkan rasa syukurnya dalam bentuk puji-pujian seperti al-hamdulillah, asy-syukrulillah, dan lain sebagainya. Kemudian dia buktikan rasa syukurnya itu dengan amal perbuatan yang nyata, yaitu memanfaatkan harta kekayaan itu pada jalan yang diridhai oleh Allah SWT, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk keperluan keluarga, umat atau untuk fi sabilillah lainnya.

 

Sebagai hamba yang baik, kita harus mengungkapkan syukur atas setiap nikmat Allah dalam bentuk yang pantas, yakni:
  • Bersyukur atas kekayaan yang Allah berikan adalah dengan membelanjakan sebagian kekayaan itu di jalan Allah.
  • Bersyukur atas ilmu pengetahuan yang Allah berikan adalah dengan menyebarluaskan konsep-konsepnya yang bermanfaat.
  • Bersyukur atas kedudukan tinggi yang Allah berikan adalah dengan membela orang-orang yang lemah dan tertindas serta menyelamatkan mereka dari kezaliman yang menimpa mereka.
Mengenai bersyukur dengan anggota badan dapat kita kutip dari dialog yang terjadi antara seorang laki-laki dengan Imam Abu Hazm:
Apa syukurnya kedua mata itu?
+ Apabila engkau melihat sesuau yng baik, engkau menceritakannya. Tapi bilamana engkau melihat keburukan  engku menutupinya.
Bagaimana syukurnya telinga?
+ Jika engkau mendengar sesuatu yang baik, peliharalah. Dan manakala mendengar sesuatu yang buruk, cegahlah!
Bagaimana syukurnya tangan itu?
+ Jangan mengambil sesuatu yang bukan milikmu, dan janganlah engkau menolak hak Allah yang ada pada kedua tanganmu.
Kalau syukurnya perut, bagaimana?
+ Hendaklah bawahnya berisi makanan, atasnya penuh dengan ilmu.
Bagaimana syukurnya kemaluan itu?
+ (Abu Hazm menjawabnya dengan membaca Surat Al-Mukminun ayat 1-7) yang artinya “Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, Yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya. Dan orang-orang yang menjuhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Dan orang-orang yang menunaikan zakat. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas
Sekarang, bagaimana syukurnya kaki itu?
+ Jika engkau mengetahui ada orang saleh yang mati dan engkau bercita-cita dan berharap seperti dia, di mana dia melangkahkan kakinya untuk taat dan beramal saleh semata, maka contohlah dia. Dan apabila engkau melihat orang yang kau benci mati, maka bencilah amalnya. Maka engkau menjadi orang yang bersyukur.
Kemudian Abu Hazm menutup jawabannya dengan mengatakan bahwa orang yang bersyukur dengan lisannya saja tanpa dibuktikan dengan amal perbuatan dan sikap, maka ia ibarat seorang laki-laki yang punya pakaian, lalu ia pegang ujungnya saja, tidak ia pakai. Menjadi sia-sialah pakaian tersebut.

Simpulan

Syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang dikaruniakan Allah yang disertai dengan ketundukan kepadanya dan mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan kehendak Allah.
Perintah untuk bersyukur banyak terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits, contohnya dalam Q.S An-Nahl ayat 78, Q.S Al-Baqarah ayat 12, dan lainnya.

Syukur yang sebenar-benarnya, yaitu syukur dengan hati, lisan, dan perbuatan. Ketika seseorang mendapat suatu kenikmatan, maka dia harus meyakini bahwa nikmat yang ia dapatkan berasal dari Allah SWT. Selanjutnya mengucapkan kalimat tahmid. Kemudian mewujudkan rasa syukurnya dengan amal perbuatan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Soal Menghitung Zakat Fitrah

Contoh Teks MC Pelantikan Pengurus

Materi PAI Kelas 6 Bab 4 Ayo Membayar Zakat ppt